Update, Transparan dan Teraktual
Opini  

Barus: Kota Aulia

Puncak peringatan Hari Santri Nasional, dipusatkan di Kota Barus, dihadiri oleh Menteri Muhaimin Iskandar, Ketua Komisi VIII DPR RI, Marwan Dasopang dan sejumlah tokon nasional dan lokal dari Kabupaten/Kota, Rabu, 22/10/2025.

suaralintasnusantara.com – Beberapa daerah kabupaten/kota di Indonesia, khususnya di Jawa, boleh menyebut daerahnya sebagai ‘Kota Santri’, tetapi sampai saat ini belum ada satu daerah pun yang mengklaim daerahnya sebagai ‘Kota Aulia’.

Barus layak dan seharusnya disematkan sebagai Kota Aulia, yaitu kota para sahabat Nabi. Di kota ini, terdapat 44 makam aulia bertarikh abad ke-7 Masehi. Sebagai perbandingan, di Jawa ada Wali Songo, yaitu tokoh ulama pendakwah dan penyebar agama Islam abad ke – 16 dan ke – 17. Coba kita bayangkan, di Jawa, penyebaran agama Islam dimulai abad ke – 16 dan 17, di Barus abad ke – 7.

Tidak heran, Presiden Joko Widodo, meresmikan Kota Barus sebagai Titik Nol Peradaban Islam Nusantara, Jumat, 24/04/2017. Kemudian, Wapres Ma’ruf Amin, melakukan kunjungan ke Barus menghadiri acara “Barus Bershalawat untuk Indonesia”, Rabu, 15/02/2023.

Hari ini, puncak peringatan Hari Santri Nasional, dipusatkan di Kota Barus, dihadiri oleh Menteri Muhaimin Iskandar, Ketua Komisi VIII DPR RI, Marwan Dasopang dan sejumlah tokon nasional dan lokal dari Kabupaten/Kota, Rabu, 22/10/2025.

Barus, dahulu dikenal dengan nama Fansur, terletak di pesisir Pantai Barat, Sumatera Utara, merupakan pelabuhan kosmopolitan, sejak abad ke – 7 Masehi, yaitu pelabuhan yang terhubung secara internasional dengan pelabuhan kuno lainnya. Kota kuno Barus senantiasa mengingatkan kita pada komoditas aromatik ‘kapur Barus’ (kamper dengan aroma khas yang kuat), konon merupakan salah satu komoditas yang digunakan untuk mumifikasi Firaun dalam peradaban Mesir Kuno. Bahkan, menurut sejumlah ahli bahasa, kapur Barus, adalah satu-satunya kata dari Nusantara yang serapannya disebutkan dalam Alquran : “kafur” (dalam Surah Al – Insan ayat 5).

Barus dikenal sebagai kota tertua di Nusantara. Tetapi, sampai saat ini, belum ada kajian untuk memastikan Kota Barus telah ada sejak kapan, hari lahir (harlah) Kota Barus.

Sebagai seorang yang lahir, tumbuh dan besar di Barus dan Tapanuli Tengah, dengan bangga saya mengusulkan khususnya kepada tokoh-tokoh dari Barus untuk bersama-sama kita mulai membuat kajian untuk menetapkan hari lahir (harlah) Kota Barus, dan menetapkan Kota Barus Kota Aulia.

Dengan demikian, ke depan, dapat diadakan agenda tahunan di Kota Barus sebagai Kota Aulia. Barus akan mendapatkan manfaat ekonomis sebagai kota tujuan wisata religi. Dan yang paling penting, kita dapat mencari kembali akar penyebaran Islam di Nusantara, karakteristik dan nilai-nilai awal keIslaman yang dibawa dan disebarkan langsung oleh aulia dan para sahabat Nabi di Kota Barus.

Dani Hotron Tampubolon, SH, MH
(Sekretaris Umum DPP Keluarga Besar Masyarakat Tapanuli Tengah dan Sibolga – Gabema Tapteng Sibolga 2024 – 2029)
(Sekretaris Yayasan Barus Raya Bertuah – YBRB)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *