Update, Transparan dan Teraktual
Opini  

UMKM, Penopang Ekonomi Indonesia yang Menanti Ekosistem Lebih Kokoh

suaralintasnusantara.com — Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) kerap disebut sebagai tulang punggung perekonomian Indonesia. Julukan itu bukan tanpa alasan.

Berdasarkan data Kementerian Koperasi dan UKM, UMKM menyumbang lebih dari 61 persen terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) nasional dan menyerap lebih dari 97 persen tenaga kerja. Dengan jumlah pelaku usaha yang mencapai lebih dari 65 juta unit, UMKM menjadi motor penting dalam menggerakkan roda ekonomi rakyat.

Namun, di balik kontribusi besar tersebut, UMKM masih menghadapi sejumlah tantangan klasik yang tak kunjung usai. Masalah permodalan, keterbatasan akses pasar, hingga rendahnya literasi digital membuat sebagian pelaku usaha sulit berkembang dan bertahan menghadapi persaingan.

Tantangan Klasik yang Membelit

Salah satu masalah utama UMKM adalah keterbatasan modal. Meski pemerintah telah menyediakan fasilitas Kredit Usaha Rakyat (KUR) dengan bunga rendah, banyak pelaku UMKM yang masih kesulitan memenuhi persyaratan administrasi. Di sisi lain, bank dan lembaga keuangan masih memandang UMKM sebagai sektor dengan risiko tinggi.

Selain itu, akses pasar juga menjadi persoalan. Banyak produk UMKM yang sebenarnya memiliki kualitas baik, namun belum mampu menembus pasar yang lebih luas karena keterbatasan promosi, branding, dan distribusi. Akibatnya, produk UMKM sering hanya berputar di pasar lokal dengan margin keuntungan yang kecil.

“UMKM kita punya potensi besar, tetapi masih terjebak di persoalan klasik. Permodalan, pemasaran, dan literasi digital masih menjadi pekerjaan rumah,” ujar Adelina Mariani Simatupang pengamat ekonomi dari Politeknik Akademi Pimpinan Perusahaan (APP) di Jakarta, Jumat (22/8/2025).

Harapan Ekosistem yang Lebih Solid

Pemerintah sendiri telah menggulirkan berbagai program untuk memperkuat UMKM, mulai dari pembinaan kewirausahaan, pelatihan digitalisasi, hingga promosi melalui pameran di dalam maupun luar negeri. Bahkan, platform marketplace juga ikut dilibatkan untuk memberi ruang bagi UMKM dalam memasarkan produk.

Namun, para ahli menilai upaya tersebut belum cukup. Diperlukan ekosistem yang lebih solid agar UMKM tidak berjalan sendiri. Dukungan lintas sektor — mulai dari regulasi pemerintah, akses perbankan, peran swasta, hingga partisipasi komunitas — harus bersinergi agar UMKM dapat naik kelas.

“UMKM butuh ekosistem yang sehat. Jangan hanya dibebani administrasi, tapi diberi kemudahan, pendampingan, hingga perlindungan hukum. Dengan begitu, UMKM bisa berkembang berkelanjutan,” tambah pengamat tersebut.

Digitalisasi: Jalan Menuju Pasar Global

Transformasi digital memberi peluang besar bagi UMKM untuk menembus pasar yang lebih luas. Perkembangan e-commerce, media sosial, dan layanan logistik berbasis teknologi membuka jalan baru bagi pelaku usaha kecil untuk menjangkau konsumen di luar daerah, bahkan hingga mancanegara.

Banyak pelaku UMKM yang kini berhasil memanfaatkan tren digital. Produk lokal seperti kerajinan tangan, kuliner, hingga fesyen, mulai dikenal di pasar internasional melalui promosi online. Namun, tidak sedikit yang masih gagap teknologi, terutama di daerah-daerah yang akses internetnya terbatas.

Selain literasi digital, tantangan lain yang harus dihadapi adalah standar kualitas produk. Untuk bisa bersaing di pasar global, UMKM perlu meningkatkan mutu, mengurus sertifikasi, hingga memperhatikan desain dan kemasan agar sesuai dengan selera konsumen internasional.

Pilar Ekonomi Nasional

Kontribusi besar UMKM terhadap perekonomian membuktikan bahwa sektor ini bukan sekadar penopang, tetapi pilar utama yang menjaga stabilitas nasional. Di tengah kondisi global yang penuh ketidakpastian, UMKM terbukti tangguh karena mampu bertahan bahkan saat krisis ekonomi melanda.

Karena itu, membangun ekosistem yang mendukung pertumbuhan UMKM bukan hanya soal memberdayakan pelaku usaha kecil, melainkan juga menjaga kedaulatan ekonomi bangsa.

Bila UMKM bisa naik kelas, maka dampaknya tidak hanya pada kesejahteraan pelaku usaha, tetapi juga akan menciptakan lapangan kerja baru, meningkatkan daya saing, dan memperkuat ekonomi nasional.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *