Religi  

Pdt Gomar Gultom Peringatan 1 Muharam di Al Zaytun Memontum untuk Merajut Silaturahmi dan Persaudaraan dalam Kebhinekaan dan Kebersamaan 

Suaralintasnusantara.com – Dalam rangka memperingati 1 Muharam 1444 H Pondok Pesantren Al Zaytun Indramayu pimpinan Syaykh Al Zaitun Prof. Abdussalam Rasyidi Panji Gumilang kembali menggelar perayaan tersebut dengan mengangkat tema “Toleransi dan Perdamaian untuk Persatuan, Menuju Kebangkitan Kembali Indonesia Raya di gelar di Masjid Rahmatan Lil Alamin Indramayu 19 Juli 2023.

Pendeta Gomar Gultom Ketua umum Persekutuan Gereja Gereja di Indonesia (PGI), yang diundang dalam peringatan tersebut, saat di daulat memberikan kata sambutannya pertama menyampaikan salam hormat untuk Syaykh Panji Gumilang beserta umi dan segenap keluarga, para santri, civitas acdemy Al. Zaitun dan semua hadirin yang datang dari berbagai lintas agama dan juga berbagai lapisan organisasi masyarakat.

Kemudian Atas nama Persekutuan Gereja-gereja di Indonesia, mengucapkan selamat tahun baru, 1 Muharram 1444 Hijriah, kepada Saudara yang merayakannya.

Pendeta Gomar yang hadir bersama-sama dengan rombongan sangat bersyukur bisa bergabung dalam acara peringatan 1 Muharam di Al Zaytun hari ini.

Lebih lanjut Gomar mengajak kepada semua yang hadir mensyukuri perjalanan kita bersama sebagai anak-anak bangsa.

Dengan harapan dengan perayaan ini 1Muharam ini, menjadi momentum bagi kita untuk memperkuat tali silaturahim sesama anak bangsa dan semakin memampukan kita merajut kerukunan dan menciptakan kedamaian bagi semua.

Perayaan semacam ini merupakan awal yang baik bagi kita untuk menyempurnakan hubungan dengan Allah sang maha pengasih yang mewujud dalam hubungan kita dengan sesama manusia dan dengan alam semesta.

“Saya juga mengajak kita semua untuk menyatu dalam cinta kasih Allah, untuk hidup bertolong-tolongan atas nama cinta dan kemanusiaan. Saya mengimani, bahwa cinta dan kemanusiaan adalah panggilan yang tak terelakkan dalam pengutusan Tuhan terhadap kita. Dan saya percaya, cinta dan kemanusiaan sedemikian adalah intisari setiap agama” tandasnya.

Dengan mengutip kata Alfateha diawali dengan pujian akan Allah yang Maha Penyayang dan Pengasih, dan atas dasar itu ada ajakan untuk taat sepenuhnya pada kasihNya, yang diimplementasikan pada kasih dan kepedulian kepada sesama: seorang ulama besar mengatakan,

“Tidak ada seorang pun dari kamu memiliki iman hingga kamu mengasihi sesamamu sebagaimana kamu mengasihi dirimu sendiri”, ini yang harus diterjemahkan dalam berbagai bentuk zakat, sedekah dsb.

Hal yang sama juga terdapat dalam kitab suci kami, Alkitab, yang dikenal dengan hukum yang terutama dan yang pertama: Mengasihi Allah, dan hokum yang kedua yang sama dengan itu: mengasihi sesama seperti diri sendiri.

Maka atas dasar itu, saya mengajak kita untuk terus menggalang kesatuan dan persatuan di tengah-tengah masyarakat kita yang majemuk.

Dengan ini saya tidak hendak menyamakan semua agama dengan Kristen. Jelas ada perbedaan, tetapi perbedaan itu tidak boleh kita jadikan alasan untuk memunculkan kebencian dan perselisihan di antara kita. Sebaliknya cinta dan kemanusiaan itu menggenggam kita untuk hidup bersama satu sama lain dalam kebenaran dan kebaikan. Kita juga diajak, di tengah perbedaan tersebut, saling menghormati, jujur, adil, dan baik terhadap satu sama lain.

Gomar mengatakan bahwa frase agamamu adalah agamamu dan agamaku adalah agamaku” saya pahami, di satu sisi dipakai sebagai titik temu untuk mendamaikan perbedaan, tetapi di sisi lain dipakai untuk menegaskan perbedaan itu sendiri.

Sayangnya, belakangan ini kita suka mengedepankan perbedaan dan mengabaikan titik temu itu, yakni cinta dan kemanusiaan itu. Maka ganti tabayun satu sama lain, kecurigaan, fitnah dan tuduhan yang dikedepankan. Keadaan akan semakin memuncak bila ada kepemtingan-kepentingan sesaat ikut membonceng.

Kita memang sedang memasuki era di mana kebenaran dan keadilan makin sulit ditemukan. Bahkan kebohongan dikendalikan dan dipabrikasi, dan banyak orang menerimanya dengan rasa nyaman, selama citra diri dan kehendak mereka terpuaskan. Emosi telah mengendalikan segala sesuatu sehingga akal sehat dan budi pekerti seolah terenyahkan.

Dunia informasi kita kini kompleks dan dikendalikan untuk maksud tertentu, dan umat kita menjadi korban dari manipulasi sistem pemberitaan yang memang dirancang untuk mengendalikan masyarakat. Fenomena ini yang sedang melanda masyarakat kita dengan gelombang berita palsu dan hoax yang didesign, disirkulasi luas, dan dipakai sebagai alat pengendalian masyarakat melalui tekhnik manipulasi media digital.

Peradaban sedemikian ini akan menggerus semangat toleransi dan perdamaian yang selama ini kita perjuangkan, dan sebaliknya akan menumbuh-kembangkan kebencian dan balas dendam.

Seorang teman bertanya ketika tahu saya berkunjung kemari, Bagaimana dengan kasus Al Zaitun? Saya jawab, Tidak ada kasus di Al Zaitun, yang berkasus itu di luar sana dan dibawa-bawa kemari.

Dalam kaitan inilah saya sangat mensyukuri pendekatan yang selama ini dikembangkan oleh Syaykh dan acara kita hari ini, yakni toleransi dan perdamaian

Dikesempatan tersebut Pdt Gomar juga memberikan dorongan agar Prof, Panji Gumilang teruslah menggelorakan cinta dan kemanusiaan dalam hidup keseharian kita. Syaykh telah memberikan ketauladanan kepada kami, yang menerjemahkan mimpi dan harapan ke dalam kenyataan, yang menerjemahakan kata ke dalam tindakan. Terimakasih atas pendekatan cinta dan kemanusiaan yang dikembangkan selama ini.

“Dengan inilah saya melihat al zaitun akan semakin bersinar karena mengembangkan toleransi dan perdamaian untuk persatuan dan kesatuan, dalam menuju kebangkitan kembali Indonesia Raya” pungkasnya.

Dalam peringatan 1 Muharam 1444 H dihadiri tujuh ribuan yang datang dari berbagai daerah serta lintas agama, tokoh adat akademisi dan lain sebagainya.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *