Update, Transparan dan Teraktual
Budaya  

Wayang Kulit Milenial Jakarta Siap Guncang UNNES, Hormati Warisan Ki Narto Sabdo

Suaralintasnusantara.com— Kampus Universitas Negeri Semarang (UNNES) pada Sabtu malam, 15 November 2025, akan menjadi tempat gelaran Wayang Kulit Milenial yang dibawakan oleh dalang kenamaan nasional, KRA. Ki H. Gunarto Gunotalijendro, SH., MM. Sosok dalang yang dikenal luas sebagai Dalang Salto Sawengi ini kembali menyajikan pentas spesial dalam rangka Hari Wayang Nasional ke-7 sekaligus memperingati 100 tahun kelahiran maestro alm. Ki Narto Sabdo (1925–2025).

UNNES yang memiliki jurusan budaya menempatkan pementasan ini sebagai bentuk penghormatan terhadap jejak seni dan kontribusi Ki Narto Sabdo. Karya-karya sang maestro, terutama lagu-lagu pengiringnya, hingga kini tetap relevan dan dinikmati lintas generasi.

Acara akan digelar di Joglo Kampung Budaya UNNES, Kampus Sekaran, Gunung Pati, Kota Semarang, Jawa Tengah. Selain pertunjukan wayang semalam suntuk, mahasiswa jurusan budaya juga akan menampilkan senitari tradisional yang diiringi tembang-tembang karya Ki Narto Sabdo, menambah kekhidmatan suasana.

Ketua Harian Pepadi Jawa Tengah, Dr. Widodo Brotosejati, SSN., MSN., dijadwalkan hadir memberikan sambutan. Rektor, para guru besar, dosen, hingga mahasiswa akan memenuhi area panggung, bersatu menikmati salah satu seni adiluhung Nusantara. Antusiasme masyarakat pun sangat tinggi, terutama para pecinta wayang yang rindu menyaksikan kelihaian Ki Gunarto dalam memainkan karakter dan adegan penuh energi.

Ki Gunarto sendiri merupakan Dalang Duta Budaya Internasional yang telah tampil di berbagai negara seperti Amerika, Eropa, Jepang, Australia, Roma, Italia, hingga Vatikan. Setelah pentas di UNNES, ia akan melanjutkan agenda pentas internasional dalam bahasa Inggris di Kota Bursa, Istanbul – Turki (17–24 November 2025) serta tampil di Danchon, Beijing – Tiongkok (2–8 Desember 2025). Masyarakat Indonesia pun diharapkan memberikan doa terbaik agar seluruh perjalanan budaya ini berjalan lancar dan membawa harum nama Nusantara.

Untuk pementasan kali ini, Ki Gunarto memilih lakon “Banjaran Bathara Wisnu”, kisah tentang “kehidupan manusia langit” yang menggambarkan berbagai penjelmaan Bathara Wisnu ke dunia. Dalam pra-Ramayana, Bathara Wisnu turun sebagai Begawan Wisnudukoro dan Prabu Harjuna Sorra; dalam kisah Ramayana ia menjelma menjadi Prabu Sri Rama; sementara dalam Mahabharata ia hadir sebagai Prabu Sri Bathara Kresna dari Dwarawati. Simbol-simbol tersebut menggambarkan kekuatan kebahagiaan, keadilan, dan keseimbangan alam.

Lakon ini sekaligus menyampaikan pesan moral yang kuat: keadilan, kebenaran, kesetiaan, pengabdian, dan kebijaksanaan sebagai jalan menghadapi tantangan hidup. Seperti lagu-lagu ciptaan Ki Narto Sabdo, nilai-nilai tersebut tetap relevan dan menyentuh masyarakat saat ini.

Wayang diyakini membawa kedamaian—menyejukkan jiwa yang keras, mencairkan hati yang membeku, serta melembutkan pikiran yang kaku.Wayang adalah kebanggaan. Wayang adalah jiwa. Wayang adalah jagat kita.

Inilah saatnya generasi penerus menjaga warisan budaya adiluhung dengan prinsip mikul dhuwur, mendhem jero. (Red)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *