Update, Transparan dan Teraktual

Pemerintah NTT Dorong IAKN Kupang Harus Jadi Agen Perubahan, Bukan Sekadar Menara Gading

suaralintasnusantara.com – Di tengah tantangan sosial yang terus menggerus Nusa Tenggara Timur, Pemerintah Provinsi NTT menegaskan bahwa perguruan tinggi tidak boleh hanya menjadi menara gading.

Seruan ini disampaikan dalam sambutan Gubernur NTT Viktor Bungtilu Laiskodat yang diwakili oleh Staf Ahli Bidang Kesejahteraan Masyarakat, Adi Mandala, M.Si, pada Wisuda ke-7 Institut Agama Kristen Negeri (IAKN) Kupang, Senin (30/6).

Dalam orasi yang menggugah dan penuh refleksi, Adi Mandala menyatakan bahwa “gelombang zaman” hari ini tidak hadir dalam bentuk bencana alam, tetapi menjelma dalam rupa kemiskinan struktural, stunting anak, serta ketimpangan fiskal yang menghambat pembangunan daerah.

“Apalah artinya hidup yang indah dengan layar terkembang, jika jurumudinya tak mampu membaca bahasa gelombang,” kutip Adi Mandala, mengangkat pepatah Melayu yang disambut tepuk tangan para tamu undangan.

Ia menegaskan, kampus keagamaan seperti IAKN Kupang harus tampil sebagai nahkoda perubahan—bukan hanya menanam ilmu di ruang kelas, tetapi juga menyemai kepekaan dan keberpihakan kepada mereka yang terpinggirkan.

Berdasarkan data, tingkat kemiskinan di NTT masih berada pada angka 19,04%, sementara prevalensi stunting mencapai 3,75% dari 65.000 anak. Selain itu, tingginya ketergantungan fiskal terhadap APBN memperlihatkan urgensi peran kampus dalam membentuk generasi muda yang kritis dan solutif.

Adi Mandala memuji arah pendidikan IAKN yang tidak hanya mengutamakan capaian akademik, tetapi juga membentuk lulusan yang peka, toleran, dan penuh kasih. Ia mengingatkan para wisudawan bahwa ilmu yang sejati bukan hanya dari kampus, tetapi juga dari kehidupan nyata.

“Ilmu itu hanya dua: ilmu pengetahuan yang Anda pelajari di kampus, dan ilmu kehidupan yang akan Anda temui di masyarakat. Keseimbangan keduanya akan menjadikan Anda bukan hanya cerdas, tetapi bijak dan penuh kasih,” katanya.

Dalam kesempatan tersebut, Adi Mandala juga membuka ruang kolaborasi. Menanggapi usulan kampus terkait pembangunan rumah susun mahasiswa, pelebaran akses jalan, dan bantuan beasiswa, ia menyatakan kesediaan pemerintah untuk mendukung melalui pengajuan proposal resmi.

Sebagai penutup, ia menegaskan bahwa iman dan pendidikan harus menjadi dua sayap transformasi sosial. Nilai-nilai spiritual tidak boleh berhenti di atas mimbar, melainkan harus menjelma dalam kerja nyata di tengah masyarakat.

“Firman Tuhan harus turun dan menjadi nyata dalam kehidupan umat. Kita tidak boleh berhenti di atas mimbar gereja,” pungkasnya.

Penulis : Merling Messakh & Devrialdo Pa’at

 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *