Update, Transparan dan Teraktual

7 Kebiasaan Anak Indonesia Hebat: Kunci Bangun Karakter, Perdamaian, dan Toleransi Sejak Dini

suaralintasnusantara.com – Dalam rangka memperingati Hari Pendidikan Nasional (Hardiknas), Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah Republik Indonesia (Kemendikdasmen RI) menegaskan pentingnya pendidikan karakter melalui program 7 Kebiasaan Anak Indonesia Hebat sebagai fondasi membangun masyarakat toleran, damai, dan inklusif di tengah keberagaman bangsa.

Dalam Webinar Internasional Seri Literasi Keagamaan Lintas Budaya bertajuk “Menyemai Karakter, Menuai Peradaban: Membangun Kebiasaan Anak Indonesia Hebat”, Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah RI, Abdul Mu’ti, menyampaikan bahwa generasi muda tidak cukup hanya unggul dalam akademik, melainkan harus memiliki karakter kuat untuk hidup berdampingan dalam keragaman.

“Kita perlu memberikan kepada anak-anak kita sikap sosial, di mana mereka bagian tak terpisahkan dari masyarakat, dan membangun lingkungan sosial yang inklusif,” ujar Abdul Mu’ti di hadapan lebih dari 3.400 peserta dari dalam dan luar negeri, Selasa (29/4).

Menurutnya, program 7 kebiasaan—bangun pagi, beribadah, berolahraga, makan sehat dan bergizi, gemar belajar, bermasyarakat, dan tidur cepat—adalah langkah sederhana yang mampu membentuk kepribadian dan peradaban sejak dini. Program ini juga merupakan bagian dari Asta Cita ke-4 Presiden RI yang menekankan pentingnya pendidikan karakter berbasis nilai-nilai kebangsaan.

Amin Abdullah, anggota Dewan Pengarah BPIP dan Senior Fellow Institut Leimena, menegaskan pentingnya menyinergikan gerakan karakter ini dengan kompetensi Literasi Keagamaan Lintas Budaya (LKLB). Menurutnya, LKLB membantu generasi muda memahami diri, menghargai perbedaan, serta hidup harmonis lintas iman dan budaya.

“Ini adalah visi besar untuk membentuk individu yang kuat secara moral dan sosial dalam masyarakat yang religius dan majemuk,” kata Amin.

Hal ini senada dengan penjelasan Arif Jamali Muis, Staf Khusus Mendikdasmen, yang menyebut tantangan seperti radikalisme, pornografi digital, dan kecanduan gawai harus ditanggapi dengan memperkuat pembiasaan karakter positif di sekolah dan keluarga.

Maria Lucia Uribe, Direktur Eksekutif Arigatou International, Swiss, menekankan pentingnya merancang ulang sistem pendidikan global dengan berakar pada perdamaian dan penghormatan atas martabat manusia. Ia menyebut LKLB sebagai model pedagogi transformatif untuk dunia yang kian terkoneksi namun penuh tantangan.

Contoh nyata transformasi tersebut terlihat dalam praktik guru seperti Fatwa Nur Aziza dari MAN 1 Magetan, yang mengajak muridnya berkunjung ke tempat ibadah agama lain untuk merasakan langsung indahnya keberagaman.

“Setelah kunjungan ke Pura, salah satu siswa mendatangi saya dan berterima kasih atas pengalaman berharga itu,” ungkap Fatwa.

Direktur Eksekutif Institut Leimena, Matius Ho, menyebut sejak 2021 hingga kini, program LKLB telah melatih 9.600 guru dari 38 provinsi dalam membangun kompetensi lintas agama dan budaya.

“Taat beribadah tidak berarti mengucilkan diri, tapi membangun modal sosial dan saling percaya di tengah perbedaan,” ujarnya.

Kepala Puspeka Kemendikdasmen, Rusprita Putri Utami, menutup dengan menekankan bahwa Pancasila adalah karakter moral bangsa yang harus ditanamkan lewat literasi lintas budaya dan agama.

“Pendidikan karakter harus mengajarkan berpikir kritis sekaligus hidup secara etis dengan kasih sayang,” tegasnya.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *