suaralintasnusantara.com – Pewarna Indonesia menggelar diskusi dengan tema “Menyejahterakan Rakyat Dengan Potensi Alam Karo.” di Media Center PGI Salemba, Jakarta Pusat (21/06/24).
Diskusi ini menghadirkan dua narasumber yaitu: Abetnego Tarigan, Deputi II Kantor Staff Presiden yang juga merupakan Kandidat Calon Bupati Karo sebagai nara sumber utama, dan Pdt. Anton Tarigan, seorang tokoh agama berpengaruh di Karo. Diskusi ini dimoderatori oleh Eko Rahardjo Pengurus Pusat Pewarna Indonesia.
Acara ini dihadiri oleh Ketua Umum Pewarna Indonesia Yusuf Mujiono, Rumondang Pimpinan Yayasan BHOP, Immanuel de Fretes dari PGLII dan wartawan dari beberapa media.
Acara dibuka terlebih dahulu dengan menyanyikan lagu Indonesia Raya yang dipimpin oleh Elly Wati Simatupang sebagai koordinator acara, lalu doa pembuka dipimpin oleh Ibu Rumondang.
Pemanfaatan Potensi Alam Karo
Abetnego Tarigan membuka diskusi dengan menyoroti betapa kayanya Kabupaten Karo dengan sumber daya alam yang belum sepenuhnya dimanfaatkan.
“Karo memiliki potensi besar dalam sektor pertanian, pariwisata alam, dan energi terbarukan. Namun, potensi ini belum tergarap maksimal karena kurangnya infrastruktur dan aksesibilitas,” ungkap Abetnego.
Ia menekankan pentingnya sinergi antara pemerintah pusat dan daerah dalam mengembangkan infrastruktur dan kebijakan yang mendukung pemanfaatan sumber daya alam secara berkelanjutan.
Peran Komunitas dan Nilai-Nilai Lokal
Menanggapi paparan Abetnego, Pdt. Anton Tarigan menekankan peran penting komunitas lokal dan nilai-nilai budaya dalam mengelola potensi alam.
“Kearifan lokal Karo mengajarkan kita untuk hidup harmonis dengan alam. Ini adalah aset yang harus kita lestarikan dan manfaatkan untuk kesejahteraan bersama,” ujarnya.
Pdt. Anton juga menyoroti pentingnya pendidikan dan kesadaran lingkungan di kalangan masyarakat, terutama generasi muda.
Tantangan dan Solusi
Diskusi ini juga membahas tantangan yang dihadapi dalam mengembangkan potensi alam Karo. Abetnego mencatat bahwa salah satu kendala utama adalah keterbatasan anggaran dan birokrasi yang kompleks. “Untuk mengatasi ini, kita perlu kerjasama yang kuat antara berbagai pihak, termasuk swasta dan masyarakat,” katanya.
Ia juga mengusulkan pengembangan program-program inovatif seperti agroforestri dan ekowisata sebagai solusi jangka panjang.
Pdt. Anton menambahkan bahwa tantangan lainnya adalah perubahan iklim dan kerusakan lingkungan. “Kita harus segera mengadopsi praktik-praktik pertanian yang ramah lingkungan dan berkelanjutan. Gereja dan lembaga keagamaan juga siap berperan dalam mengedukasi masyarakat tentang pentingnya menjaga lingkungan,” jelasnya.
Diskusi ini semakin hangat dengan sesi tanya jawab yang interaktif. Para peserta mengajukan berbagai pertanyaan mulai dari strategi pengelolaan pertaniqn, peluang pengembangan produk lokal, hingga cara-cara melibatkan generasi muda dalam pembangunan daerah.
Moderator Eko Rahardjo menyimpulkan diskusi bahwa kesejahteraan rakyat Karo dapat dicapai melalui pemanfaatan potensi alam secara bijaksana dan berkelanjutan.
“Sinergi antara pemerintah, komunitas lokal, dan sektor swasta sangat penting untuk mewujudkan visi ini. Mari kita bersama-sama membangun Karo yang lebih sejahtera,” tutup Eko.
Diskusi ini diharapkan dapat menjadi langkah awal dalam menciptakan strategi nyata untuk menyejahterakan rakyat Karo melalui pemanfaatan potensi alam yang ada. Dengan semangat gotong royong dan kolaborasi, Kabupaten Karo memiliki peluang besar untuk menjadi daerah yang makmur dan berdaya saing tinggi.
Diskusi diakhiri dengan penyerahan piagam penghargaan sebagai kenang-kenangan dari Pewarna Indonesia yang diserahkan oleh Ketum Pewarna Yusuf Mujiono, dilanjut dengan doa penutup oleh Pdt. Anton Tarigan dan foto bersama. (Elly)