suaralintasnusantara.com-Kembali Pewarna Indonesia menggelar diskusi dengan tema “Sumut Butuh Pemimpin Bersih dan Tegas” pada hari Rabu, 19 Juni 2024, di Media Center PGI, Salemba, Jakarta Pusat.
Acara ini menghadirkan dua narasumber, yakni Nikson Nababan Bupati Tapanuli Utara yang juga kandidat Gubernur Sumatera Utara, senagai narasumber utama, serta Pdt. Henrek Lokra, Sekretaris Eksekutif Komisi Pengembangan dan Pembinaan Gereja (KP PGI) dengan moderator Ricardo Marbun Pengurus Pusat Pewarna Indonesia.
Diskusi tersebut bertujuan untuk mengkaji kualitas kepemimpinan yang diperlukan di Sumatera Utara menjelang pemilihan kepala daerah. Kedua narasumber sepakat bahwa integritas dan ketegasan adalah kunci utama bagi seorang pemimpin dalam membangun daerah.
Nikson Nababan memulai pemaparannya dengan menegaskan Permasalahan bangsa Indonesia tidak bisa dilepas dari persoalan masyarakat sebagai warga yang ada di Indonesia.
Menurut Nikson, persoalan krisis kepemimpinan saat ini menjadi hal yang krusial. Selain itu, kata dia hilangnya keprcayaan diri sebagai sebuah bangsa.
“Narasi hari ini kita melahirkan pemimpin yang tegas,” kata Nikson.
Pemimpin yang percaya diri, kata dia menjadi kebutuhan bangsa Indonesia. “Bukan takut diintimidasi, takut tidak dapat jabatan, sementara yang disini (Ibu Kota) ragu,” ujar Bupati Tapanuli Utara.
Kendati demikian, Nikson juga mengajak semua umat agar mendorong pemimpin yang Clean (bersih) dan tetap tegar dalam membela kepentingan masyarakat.
Diketahui, Bupati Tapanuli Utara ini telah mencatat sejarah peraih Wajar Tanpa Pengecualian (WTP) terbanyak di Sumut. Berdasarkan data BPK RI Perwakilan Sumut, Bupati Tapanuli Utara Nikson Nababan yang telah menjabat selama dua periode sampai saat ini telah mencatatkan prestasi opini WTP atas Laporan Keuangan Pemkab Taput sebanyak 9 kali secara berturut, mulai dari 2014 – 2022.
Bupati Nikson Nababan yang merupakan kader sekaligus politisi PDI Perjuangan itu menjadi satu-satunya kepala daerah di Sumut yang mencatatkan prestasi dari satu Kepala Daerah.
Dalam kesempatan yang sama Pdt. Hendrek Lokra memberikan perspektifnya dari sudut pandang keagamaan dan sosial. Ia menyoroti perlunya pemimpin yang tidak hanya memiliki integritas, tetapi juga mampu menjadi teladan moral bagi masyarakat.
“Dalam konteks kepemimpinan, nilai-nilai moral dan etika sangat penting. Pemimpin harus bisa menjadi panutan yang baik, menunjukkan kejujuran, keadilan, dan keberanian dalam menghadapi tantangan,” ungkap Hendrek.
Hendrek juga menekankan bahwa seorang pemimpin harus peka terhadap kebutuhan masyarakat dan siap melayani dengan sepenuh hati. “Pelayanan yang tulus kepada masyarakat adalah esensi dari kepemimpinan yang efektif. Kita butuh pemimpin yang benar-benar peduli dan berkomitmen untuk kesejahteraan rakyat,” tambahnya.
Diskusi ini juga dihadiri oleh Ketua Umum Pewarna Indonesia Yusuf Mujiono, Ketua Umum MUKI Djasarmen Purba, Ketua Umum Pox Point Yohanes Budi Sedjati, Ketua Umum API Pdt. Harsanto Adi berbagai kalangan, tokoh masyarakat, dan beberapa wartawan dari berbagai media. Mereka memberikan pandangan serta dukungan terhadap pentingnya memilih pemimpin yang memiliki rekam jejak bersih dan tegas dalam memimpin.
Diskusi ini ditutup dengan harapan bahwa masyarakat Sumatera Utara akan semakin sadar akan pentingnya memilih pemimpin yang bersih dan tegas.
“Sumatera Utara memiliki potensi besar untuk berkembang, dan hal itu hanya bisa dicapai jika dipimpin oleh orang-orang yang bersih, berani, dan tegas, jadilah terang dan garam dunia,” pungkas Nikson Nababan.
Acara diskusi terlebih dahulu dibuka oleh Franky Hutagaol sebagai koordinator pelaksana dan merupakan pengurus Pewarna Daerah DKI Jakarta dan dimulai dengan doa pembuka oleh Jodi Tobing dan ditutup oleh Fredris Siburian.
(Elly)